Logo

Back to Batavia

Search

Login

Pexels/Tima Miroshnichenko

Kristal Corolla, Melaju di Tengah Deru dan Masa Lalu

Terinspirasi oleh almarhum sang kakak, Kristal Corolla memutuskan terjun ke dunia balap di usia muda. Di bawah asuhan Klub Ultra Digdaya, gadis yang akrab disapa Kory itu memulai debutnya dengan mengikuti balap gokar kategori junior saat masih duduk di bangku kelas VI SD.

“Waktu Kakak (almarhum Januar Altezza, red) dan Ayah masih di Klub Daya Toyota, aku sering ikut mereka latihan. Nah, dari sanalah aku mulai terpikir buat mencoba balap,” tutur gadis yang mengidolakan sang kakak dan Lella Lombardi, The 1st Lady of Formula One itu.

Meski prestasinya moncer, Kory bukan nggak pernah merasa putus asa. Sejak sang kakak tiada, dia sempat ingin pensiun dari dunia balap dan fokus sekolah saja. Terlebih karena dia begitu menyesal tak bisa mengantarkan mendiang ke tempat peristirahatan terakhir. Tapi, perlahan semangatnya kembali bangkit seiring kepindahannya ke sekolah baru. Dia lalu bertemu dengan klub balap APOP yang kini menaungi kegiatannya.

“Kakakku itu motivasi utamaku bertahan di dunia balap. Rasanya sakit banget nggak bisa ada di saat terakhirnya karena semuanya begitu tiba-tiba, sementara aku sendiri lagi tanding. Tapi setelah ketemu APOP, aku akhirnya bisa bangkit dari performance slump. Senang punya teman di luar dunia balap profesional, dan bisa mulai lagi dari bawah bareng mereka. Bisa dibilang, selain keluarga, teman-teman APOP inilah yang paling mendukung dan mendorong aku buat terus bertahan di dunia balap.”

Kory sadar betul bahwa sokongan dari eksternal turut memiliki peran penting bagi kemajuan kariernya. Terlebih dari sisi sponsor. Hal ini merupakan tantangan tersendiri mengingat sulitnya mendapatkan sponsor di dunia balap Indonesia.

“Ini juga yang bikin aku galau mau lanjut balap atau nggak. Kalau nggak ada yang dukung (secara finansial, red), buat apa? Apalagi risiko pembalap itu nggak main-main, bisa berujung fatal dan celaka. Apa nggak lebih baik sekolah aja yang benar, terus nanti kerja kantoran seperti orang kebanyakan? Tapi kan, dari kecil aku sudah dilatih jadi atlet. Ada lah titik di mana aku merasa nggak ada pilihan lain selain bertahan di sana meski rasanya suram.”

Selain rasa cintanya yang besar terhadap balap, Kory merasakan sportsmanship di antara atlet adalah alasan lain yang membuatnya bertahan. Di dalam lapangan, mereka boleh bersaing. Namun di luar lapangan, rasa kekeluargaan dan persahabatan itu terasa lebih besar dari rivalitasnya.

“Itu sih yang bikin aku nggak pernah menganggap pertandingan sebagai ajang menang atau kalah semata. Tapi juga ajang buat cari teman yang banyak juga,” kata gadis kelahiran 12 Januari itu.

Kini, Kory bersama krunya sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti AKOC yang akan diselenggarakan nggak lama lagi. Mereka akan mengirimkan tiga nomor, dengan komposisi dua pembalap dari Politeknik Purwajaya untuk kategori Superkart 250cc gearbox, dan satu pembalap dari SMA APOP untuk kategori Senior.

Buat Snoopers yang pengin mengikuti jejak Kory sebagai pembalap, dia berpesan, “Kalau memang udah yakin 100% ke balap, harus beneran serius karena nggak ada jalan buat kembali. Balapan butuh perseverance, grit, dan semua hal yang nggak akan bisa dicapai kalau kita sendiri nggak konsisten. Belum lagi harus membagi waktu kehidupan lain dengan latihan yang keras. Mulai mendisiplinkan diri dulu dari hal terkecil.”

Kristal Corolla

Pendidikan:  Politeknik Purwajaya

Prestasi: Juara 3 Eshark ROK 2017 (kategori Super Cadet), Semi-final qualified Eshark ROK 2019, Malaysia, Juara 1 YKC 2019 SIKC Sentul, Peringkat 25 FIA Karting World Championship (KWC) 2021 Campillos Spanyol (di bawah tim Daya Toyota), Peringkat 7 Jr. Enduro Road Race Series, Daytona Kartweek USA 2022 (di bawah tim Daya Toyota), dan lain-lain. (liv/c5/rig)

Share to

Komentar (0)